Kamis, 01 Januari 2009

USAHA GURU DALAM MELIBATKAN SISWA

I. PENDAHULUAN.
Pengajaran adalah perpaduan dari dua aktivitas, yaitu : aktivitas mengajar dan aktivitas belajar (Ahmad Rohani, 2004 : 4). Aktivitas mengajar menyangkut peranan seorang guru dalam konteks mengupayakan terciptanya jalinan komunikasi harmonis antara mengajar itu sendiri dengan belajar. Jalinan komunikasi harmonis inilah yang menjadi indikator suatu aktivitas/proses pengajaran itu akan berjalan dengan baik.
Suatu pengajaran akan berjalan dan berhasil secara baik, manakala ia mampu mengubah diri peserta didik dalam arti yang luas serta mampu menumbuhkembangkan kesadaran peserta didik untuk belajar, sehingga pengalaman yang diperoleh peserta didik selama ia terlibat di dalam proses pengajaran itu, dapat dirasakan manfaatnya secara langsung bagi perkembangan pribadinya.
Proses pengajaran merupakan aktivitas yang sistematis yang terdiri atas banyak komponen.. Masing-masing komponen tidak berjalan sendiri-sendiri atau terpisah, tetapi harus berjalan secara teratur, saling berkaitan dan berkesinambungan. Tugas dan tanggung jawab seorang guru adalah mengelola pengajaran dengan lebih efektif, efisie, dinamis dan positif yang ditandai dengan adanya kesadaran dan keterlibatan aktif diantara guru sebagai penginisiatif awal dan pengarah serta pembimbing, sedang peserta didik sebagai yang mengalami dan terlibat aktif untuk memperoleh perubahan diri dalam pembelajaran.
Pada era sekarang ini, guru tidak boleh lagi menganggap peserta didik sebagai objek transfer ilmu, tetapi perlu mengembangkan konsep belajar aktif seluasnya luasnya. Belajar aktif ditafsirkan sebagai usaha membangun pengetahuan dalam diri siswa, dalam proses pembelajaran terjadi perubahan dan peningkatan mutu kemampuan , pengetahuan dan keterampilan siswa, baik dalam ranah kognitif, psikomotorik, dan efektif ( Martinis Yamin, 2005: 82).
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dijadikan tolok ukur kelulusan siswa pada jenjang pendidikan hal itu tercermin dari matematika menjadi mata Ujian Nasional. Sementara hasil nilai matematika pada Ujian Nasional, pada semua tingkat dan jenjang pendidikan selalu terpaku pada angka yang rendah. Keadaan ini sangat ironis dengan kedudukan dan peran matematika untuk pengembangan ilmu dan pengetahuan, mengingat matematika merupakan induk ilmu pengetahuan dan ternyata matematika hingga saat ini belum menjadi pelajaran yang difavoritkan.
Hal tersebut ada yang beranggapan matematika hanyalah mata pelajaran yang mencakup penekanan belebihan pada penghafalan semata, penekanan pada kecepatan atau berhitung, pengajaran otoriter, kurangnya variasi dalam proses belajar-mengajar matematika, dan penekanan berlebihan pada prestasi individu. Oleh sebab itu, untuk mengatasi hal ini, peran guru sangat penting. Karena begitu pentingnya peran guru, maka pengajaran matematika pun harus dirubah. Jika sebelumnya, pengajaran matematika terfokus pada hitungan aritmetika saja, maka saat ini, guru-guru harus meningkatkan kemampuan siswa dalam bernalar dengan menggunakan logika matematis. Matematika bukan hanya sekadar aktivitas penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian karena bermatematika di zaman sekarang harus aplikatif dan sesuai dengan kebutuhan hidup modern. Karena itu, materi matematika bukan lagi sekadar aritmetika tetapi beragam jenis topik dan persoalan yang akrab dengan kehidupan sehari-hari.
Mengajar matematika bukan sekadar mengenal angka dan menghafalnya namun bagaimana anak memahami makna bermatematika. Orang tua harus memberi kesempatan anak untuk bereksplorasi, observasi dalam keadaan rileks. Para orang tua tidak perlu khawatir dengan kemampuan matematika para putra-putri mereka. Yang terpenting dalam menumbuhkan cinta anak pada matematika adalah terbiasanya anak menemukan konsep matematika melalui permainan.
Matematika menjadi mata pelajaran yang dianggap membosankan dan kurang mendapat apresiasi yang positif bagi sebagian kalangan peserta didik seolah menjadi pembenaran untuk menjadi dasar bahwa matematika kurang bisa menorehkan predikat sebagai pelajaran yang difavoritkan untuk diikuti.

II. PERMASALAHAN.
Melihat uraian diatas maka muncul pertanyaan ”Bagaimana usaha guru dalam melibatkan siswa dalam pembelajaran matematika.”

III. USAHA GURU DALAM MELIBATKAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA.
Konsep pembelajaran yang dilakukan dalam kelas merupakan aktifitas mentransformasikan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Guru diharapkan mengembangkan kapasitas belajar, kompetensi dasar, dan potensi yang dimiliki siswa secara penuh. Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa, sehingga siswa ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran, dapat mengembangkan cara-cara belajar mandiri, berperan dalam perencanaan, pelaksanaan penilaian proses sehingga siswa memperoleh pengalaman, dengan melibatkan siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran , berarti kita mengembangkan kapasitas belajar dan potensi yang dimiliki siswa secara penuh.
Tugas guru untukmelibatkan siswa dalam proses pembelajaran bukanlah tugas yang sederhana akan tetapi memerlukan kajian secara teoritis dan bercermin dari pengalaman diri maupun orang lain. Usaha yang dapat ditempuh guru dalam melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran adalah dengan (1) memotivasi siswa., (2) menerapkan model pembelajaran yang inovatif, (3) menerapkan penilaian kelas yang dapat memotivasi siswa, dan (4) melakukan pengelolaan kelas yang tepat.
1. Memotivasi Siswa.
Keberhasilan belajar siswa dapat ditentukan oleh motivasi belajar yang dimilikinya. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi cenderung lebih aktif terlibat pada proses pembelajaran sebaliknya siswa yang motivasinya rendah cenderung pasif dalam proses pembelajaran. Tinggi rendahnya motivasi dapat menentukan tinggi rendahnya usaha atau semangat peserta didik untuk beraktivitas.
Dalam proses pembelajaran motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang, akan tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi belajar sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannnya.
Menurut Walker (Ahmad Rohani, 2004 : 10) ”Perubahan-perubahan yang dipelajari biasanya memberikan hasil yang baik bilamana orang/individu mempunyai motivasi untuk melakukannya; dan latihan kadang-kadang menghasilkan perubahan-perubahan dalam motivasi yang mengakibatkan perubahan-perubahan dalam prestasi.” Akan tetapi perubahan-perubahan yang demikian bukan hasil belajar, perubahn itu adalah hasil pengalaman, yang disebabkan motivasi. Kiranya dapat dipahami bahwa suatu aktivitas belajar sangat lekat dengan motivasi.
Ada dua kemungkinan bagi peserta didik yang memotivasi keterlibatannya dalam proses pembelajaran yaitu :
- karena motivasi yang timbul dari dalam dirinya, atau
- karena motivasi yang timbul dari luar dirinya
Adapun motivasi berfungsi untuk :
- mendorong siswa untuk beraktifitas.
- sebagai pengarah.

Untuk bisa memotivasi siswa guru perlu memperhatikan hal-hal berikut:
a. Memperjelas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
b. Membangkitkan minat siswa.
c. Menciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar.
d. Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa.
e. Berikan penilaian.
f. Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa.
g. Ciptakan kompetisi dan kerja sama.
Membangkitkan motivasi ada kalanya dengan cara-cara lain yang sifatnya negatif seperti memberikan hukuman, teguran. Namun cara tersebut digunakan dalam kasus tertentu.
2. Menerapkan model pembelajaran yang inovatif.
Guru pada hakekatnya merupakan tenaga kependidikan yang memikul berat tanggung jawab kemanusiaan, khususnya berkaitan dengan proses pendidikan. Betapa berat tugas dan kewajiban yang harus diemban guru sehingga menuntut profesionalitas tinggi dalam proses pembelajaran. Melalui kompetensi profesionalnya, guru harus mampu mewujudkan langkah-langkah pembelajaran inovatif dan kreatif, sehingga proses belajar mengajar dapat bermakna.
Pada kondisi sesungguhnya di lapangan masih banyak gurumenggunakan proses pembelajaran yang tradisional. Pada pembelajaran suasana kelas cenderung berpusat pada guru sehingga siswa menjadi pasif. Meskipun demikian guru lebih suka menerapkan model tersebut, sebab tidak memerlukan alar dan bahan praktek, cukup menjelaskan konsep-konsep yang ada pada buku ajar atau referensi lainnya. Dalam hal ini siswa tidak diajarkan strategi belajar yang dapat memahami bagaimana belajar, berpikir dan memotivasi diri sendiri. Masalah ini banyak dijumpai dalam kegiatan belajar mengajar di kelas,
Salah satu perubahan paradigma pembelajaran adalah orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered) beralih berpusat pada murid (student centered); metodologi yang semula lebih didominasi ekspositori berganti ke partisipatori; dan pendekatan yang semula lebih banyak bersifat tekstual berubah menjadi kontekstual (Trianto, 2007:2). Semua perubahan tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki mutu pendidikan, baik dari segi proses maupun hasil pendidikan.
Satu inovasi yang menarik mengiringi perubahan paradigma tersebut adalah ditemukan dan diterapkannya model-model pembelajaran inovatif dan konstruktif yakni dalam mengembangkan dan menggali pengetahuan peserta didik secara konkret dan mandiri. Inovasi ini bermula dan diadopsi dari metode kerja para ilmuwan dalam menemukan suatu pengetahuan baru.
Penggunaan model pembelajaran ini tentunya harus memahami karakteristik materi dan siswa, dengan demikian proses pembelajaran akan lebih variatif, inovatif dan konstruktif dalam merekonstruksi wawasan pengetahuan dan implementasinya sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas peserta didik.
Teori-teori belajar modern yang melandasi model pembelajaran inovatif (Trianto, 2007:12) antara lain :
- teori belajar konstruksivisme
- teori perkembangan kognitif Piaget
- metode pengajaran John Dewey
- teori pemrosesan informasi
- teori belajar David Ausubel
- teori penemuan Jerome Bruner
- teori pembelajaran Sosial Vygotsky
Model-model pembelajarannya antara lain :
- pembelajaran kooperatif
- pengajaran berdasarkan masalah
- pengajaran dan pembelajaran kontekstual
- pembelajaran model diskusi kelas
- model pembelajaran inkuiri dll.
Harapannya model-model tersebut bisa menjadi inspirasi guru dalam proses pembelajaran yang berpusat pada siswa.
3. Menerapkan penilaian kelas yang dapat memotivasi siswa.
Penilaian dalam pengajaran tidak hanya semata-mata dilakukan terhadap hasil belajar, tetapi juga harus dilakukan terhadap proses pembelajaran itu sendiri. Dengan penilaian dapat merangsang siswa untuk berkompetisi dalam pembelajaran, karena pada dasarnya peserta didik merasa puas jika hasil karya mereka dikompetisikan(dinilai).
Penilaian yang memotivasi terhadap peserta didik harus mencakup aspek : (Ahmad Rohani, 2004 : 169)
a. Kemampuan peserta didik.
b. Minat, perhatian dan motivasi belajar peserta didik.
c. Kebiasaan belajar.
d. Pengetahuan awal dan prasyarat.
e. Karakteristik peserta didik.
Lebih lanjut dikatakan bahwa penilaian hasil belajar bertujuan melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajarinya. Sasaran penilaian adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang, alat penilaiannya hendaknya komprehensif meliputi tes dan non tes sehingga diperoleh hasil/gambaran yang obyektif.
Penilaian kelas seharusnya dapat mengukur semua kemampuan siswa, sehingga siswa akan merasa termotivasi untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran.
4. Melakukan pengelolaan kelas yang tepat.
Tindakan pengelolaan kelas adalah tindakan yang dilakukan oleh guru dalam rangka penyediaan kondisi yang optimal agar proses belajar mengajar berlangsung efektif. Pengelolaan kelas dapat berupa pengaturan peserta didik, pengaturan fasilitas, pengaturan lingkungan. Pengelolaan kelas berkaitan dengan kegiatan pengajaran yang dikelola sebelum, selama dan sesudah pembelajaran.
Kegiatan pengelolaan kelas antara lain :(Russefendi,1988: 426)
a. Pengaturan ruang kelas beserta kelengkapannya.
Ruangan kelas harus dipersiapkan sebelum pelajaran dimulai. Biasanya ruang kelas ruangannya sudah tetap, yang memerlukan pengaturan ialah setting kelas, misalnya : kelas akan digunakan untuk kegiatan diskusi atau penggunaan media pengajaran LCD yang tentunya formasi tempat duduk atau pencahayaan ruangan perlu diperhatikan.
b. Mengecek kehadiran siswa dan tempat duduknya.
Pengecekan kehadiran siswa hendaknya dilakukan oleh guru sendiri, tidak oleh sembarang siswa. Siswa akan merasa mendapat perhatian langsung dari guru sehingga mereka merasa bagian aktif dalam proses pembelajaran.
c. Ketertiban di dalam kelas.
Ketertiban kelas menjadi modal untuk siswa lebih berkonsentrasi penuh terlibat dalam proses pembelajaran. Ketidaktertiban kelas cenderung mendorong siswa untuk bertindak di luar koridor pembelajaran yang semestinya.
Penyebab ketidaktertibandi kelas penyebabnyabisa dari diri siswa bahkan dari guru itu sendiri. Misalkan nada suara guru tidak terdengar jelas, guru tidak menguasai bahan materi, pembelajaran yang membosankan, siswa mempunyai problem dengan kelas atau guru.
Hal tersebut perlu segera diatasi dengan mengikutsertakan peserta didik dalam menjaga ketertiban kelas.
d. Membuat kesepakatan tentang pembelajaran dengan siswa.
Dalam hal ini siswa perlu diajak untuk menentukan aturan main selama proses pembelajaran. Baik jika terjadi pelanggaran ataupun penghargaan-penghargaan bagi yang berprestasi, sehingga siswa berkompetisi secara sehat untuk terlibat secara total dalam pembelajaran.
e. Perencanaan pembelajaran yang matang.
Perencanaan pembelajaran perlu dipersiapkan sedini mungkin, agar skenario pembelajaran bisa berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran dari hari ke hari. Ini diperlukan guru agar kondisi kelas dalam kendali dan prosedur yang telah ditetapkan.
Dalam pelaksanaan pembelajaran ada kemungkinan kita menambah atau bahkan mengganti pernecanaan berikutnya setelah kita mengadakan refleksi pengajaran. Itu semua mengacu pada siswa sebagai pusat pembelajaran, maka kreatifitas dan inovasi guru mutlak menjadi dasar.

IV. PENUTUP.
Belajar aktif adalah suatu usaha manusia untuk membangun pengetahuan dalam diri siswa dan guru.Dengan peran siswa dan guru dalam pembelajaran aktif akan tercipta syatu pengalaman yang bermakna sehingga dapat membantu siswa sebagai manusia seutuhnya.
Keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran khususnya mata pelajaran matematika akan mengikis image bahwa matematika adalah pelajaran yang sukar, membosankan bahkan tidak disukai oleh peserta didik. Dengan siswa menjadi senang untuk belajar matematika yang tentunya akan berdampak pada penguasaan dan pemahaman terhadap materi matematika .

Sabtu, 29 November 2008

USAHA-USAHA(SAYA)UNTUK MENINGKATKAN PBM MATEMATIKA MENUJU KUALITAS KE DUA (ANTARA TEORI DAN PENGALAMAN)

Usaha-usaha (saya) Untuk Meningkatkan Proses Belajar Mengajar Matematika Menuju Kualitas Ke Dua (Antara Teori dan Pengalaman)

Proses pembelajaran bukanlah persoalan yang mudah, paradigma pembelajaran yang baru berdampak terhadap perubahan peran dan tanggung jawab guru. Peran guru bergeser dari hanya sebagai penyampai ilmu pengetahuan, kepada pengatur lingkungan untuk membelajarkan siswa. Oleh karena itu, setiap guru bukan hanya perlu memahami hakikat dan makna pembelajaran beserta aspek-aspek yang mempengaruhinya, akan tetapi dituntut penguasaan sejumlah kompetensi untuk mengaplikasikannya di lapangan dalam rangka proses membelajarkan siswa.
Proses pembelajaran merupakan suatu sistem. Dengan demikian, pencapaian standar proses untuk meningkatkan proses pembelajaran dapat dimulai dari menganalisis setiap komponen yang dapat membentuk dan mempengaruhi proses pembelajaran. Namun demikian komponen yang selama ini dianggap sangat mempengaruhi proses pendidikan adalah guru.
Berdasarkan uraian di atas maka guru perlu meningkatkan kualitas diri tidak hanya sebatas kualitas ke satu (umum) akan tetapi lebih berupaya menuju kualitas ke dua.
Usaha-usaha tersebut diantaranya adalah :
Meningkatkan Profesional Guru.
Meyakinkan pada setiap orang khususnya guru bahwa pekerjaannya adalah pekerjaan profesional yang harus memiliki syarat ; (1) Ditunjang oleh ilmu tertentu (2) Menekankan suatu keahlian dalam bidang tertentu (3)Tingkat kemampuan dan keahlian didasarkan kepada latar belakang pendidikan yang dialaminya yang diakui oleh masyarakat.
Optimalisasi Peran Guru dalam Proses Pembelajaran.
Dalam abad teknologi dan informasi siswa dapat belajar dari berbagai sumber, sehingga peran guru tidak sebagai satu-satunya sumber belajar. Guru dapat menempatkan diri sebagai ; (1) Sumber belajar (2) Fasilitator (3) Pengelola (4) Demonstrator (5) Pembimbing (6) Motivator (7) Evaluator.
Pembelajaran Berpusat pada Siswa (student centered).
Pembelajaran bukan hanya guru yang menentukan akan tetapi juga siswa. Siswa memiliki kesempatan untuk belajar sesuai dengan gayanya sendiri.
Dengan demikian guru tidak lagi berperan hanya sebagai sumber belajar akan tetapi berperan sebagai orang yang membimbing dan memfasilitasi agar siswa mau dan mampu belajar. Oleh sebab itu kriteria keberhasilan proses mengajar tidak diukur dan sejauh mana siswa menguasai materi pelajaran akan tetapi diukur sejauh mana siswa telah melakukan proses belajar.
Pembelajaran adalah Proses Berfikir.
Belajar berfikir menekankan kepada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antara individu dengan lingkungan. Dalam pembelajaran berfikir pendidikan di sekolah tidak hanya menenkankan pengetahuan materi saja, akan tetapi yang diutamakan adalah kemampuan siswa untuk memperoleh pengetahuannya sendiri.
Proses Pembelajaran adalah Memanfaatkan Potensi Otak (Kiri-Kanan).
Pemanfaatan dan penggunaan otak harus dikembangkan secara maksimal, baik otak kiri maupun otak kanan. Proses berfikir otak kiri yang bersifat logis dan rasional harus diimbangi dengan otak kanan yang bersifat non verbal, seperti perasaan dan emosi. Belajar yang hanya memanfaatkan otak kiri, misalnya dengan memaksa anak untuk berfikir logis dan rasional akan membuat anak merasa kering dan hampa, sehingga perlu memasukkan unsure-unsur yang mempengaruhi emosi, yaitu proses pembelajaran yang menyenangkan.
Nama : Imam Santoso
NIM : 08301289004
Program : Pendidikan Sertifikasi
Asal : SMP N 10 Tegal
e-mail : imamgoco@gmail.com

REFLEKSI DIRI (tanggapan terhadap penerapan RPP dari Bapak Faijin dan Bapak Mintarjo)

REFLEKSI DIRI :
(tanggapan terhadap penerapan RPP dari Bapak Faijin dan Bapak Mintarjo)


Kegiatan belajar merupakan istilah untuk menyebut seluruh kegiatan siswa dalam proses belajar dalam rangka menguasai suatu kompetensi. Pusat utama proses pembelajaran di dalam kelas adalah siswa (student centered learning). Sebagai pusat belajar, siswa harus lebih aktif berkegiatan untuk membangun suatu pemahaman, ketrampilan, dan sikap/perilaku tertentu. Guru harus lebih berperan sebagai manager yang merancang serangkaian kegiatan yang harus dilakukan siswa, memberi pengantar, arahan, mendampingi siswa dan memberi umpan balik atau peneguhan pada proses pembelajaran. Guru yang kreatif akan memanfaatkan berbagai sumber belajar yang tersedia di sekitar siswa dan menciptakan kegiatan belajar yang inovatif sesuai dengan karakteristik siswa/lingkungan setempat. Sehingga sistematika kegiatan belajar perlu dibuat dengan baik agar kegiatan belajar yang berpusat pada siswa dan guru yang melaksanakan pembelajaran inovatif menjadi sebuah pembelajaran yang mutakhir.
Pendidikan yang berorientasi pada kualitas akan menghadapi tantangan yang tidak bisa ditanggulangi dengan paradigma yang lama (tradisoinal). Guru tidak cukup hanya menyampaikan materi pengetahuan pada siswa, yang dibutuhkan adalah kemampuan untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang sesuai dengan kebutuhan. Proses pembelajaran bukanlah tugas yang sederhana, ia menuntut profesionalitas. Aktifitas pembelajaran yang dikelola secara terprogram , teratur dan mengikuti prinsip-prinsip pengelolaan serta kaidah-kaidah pembelajaran yang baik merupakan tuntutan yang semestinya dalam proses pembelajaran.
Pengembangan pembelajaran yang inovatif dan kreatif sesuai dengan kaidah akan lebih menjadi pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Sehingga persiapan-persiapan pembelajaran yang matang diharapkan dapat mencapai tujuan belajar yang lebih optimal.

Oleh :
Nama : Imam Santoso (Sertifikasi Pendidikan)
N I M : 08301289004
Guru : SMP N 10 Tegal
E-mail : imamgoco@gmail.com